Kunci jawaban pertanyaan seputar teks biografi Ki Hajar Devantara. Halo para guru, pada artikel kali ini kita akan membahas kunci jawaban atas pertanyaan tentang teks biografi Ki Hajar Devantara. Pembahasan masalah ini dapat ditemukan dalam buku Pintar Pintar Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X SMP/SMK kurikulum Merdeka.
Sebelum lanjut ke pembahasan soal, teman-teman baca dan pahami dulu teks buku Ki Hajar Devantara “Biografi: Bapak Pendidikan Indonesia”. Kemudian jawab pertanyaan terkait.
Untuk penjelasan lengkapnya, mari simak ulasan berikut ini.
Kunci Jawaban Soal Teks Teks Biografi Ki Hajar Devantara, Bahasa Indonesia Kelas 10, Kurikulum SMA Merdeka, hal 122
Biografi Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Indonesia
Nama Ki Hajar Devantar bukanlah nama yang diberikan oleh orang tuanya sejak lahir. Nama aslinya adalah Raden Mas Suvardi Surjaningrat dan dia lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Ia dibesarkan dalam keluarga kerajaan Yogyakarta. Ketika dia berusia 40 tahun
menurut perhitungan tahun Chaka, kemudian berganti nama menjadi Ki Hajar Devantara. Sejak saat itu Ki Hajar Devantara tidak lagi menggunakan gelar bangsawan di depan namanya. Itu berarti bebas untuk dekat dengan orang, baik secara fisik maupun mental. Ki Hajar Devantara menyelesaikan sekolah dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan melanjutkan sekolah di STOVIA (Sekolah Kedokteran Bumiputera). Karena sakit, dia tidak bisa menyelesaikan sekolah.
Baca juga: Kunci jawaban soal teks biografi I Gusti Ngurah Rai
Pada masanya, Ki Hajar Devantara dikenal sebagai sastrawan handal. Kemampuan menulisnya terasah saat bekerja sebagai jurnalis di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Karya-karyanya sangat komunikatif, tajam dan patriotik, sehingga mampu membangkitkan jiwa antikolonial pada pembacanya. Selain berprofesi sebagai jurnalis muda, Ki Hajar Devantara juga aktif terlibat dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hajar Devantara aktif bekerja di departemen dakwah Boedi Oetomo untuk mengkomunikasikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya persatuan bangsa dan negara. Kemudian bersama Dawes Dekker (Dr. Danudirja Setyabudhi) dan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo nantinya dikenal sebagai Tiga Serangkai.
Pada 25 Desember 1912, mereka mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalis Indonesia) dengan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Selain itu, pada November 1913 Ki Hajar Devantara membentuk panitia Bumipoetra yang tujuannya mengkritik pemerintah Belanda. Salah satu caranya adalah dengan menerbitkan artikel berjudul “Als Ik Eens Nederlander Was” (“Seandainya Aku Orang Belanda”) dan “Een voor Allen maar Ook Allen voor Een” (“Satu untuk semua, tapi semua untuk satu”). Kedua karya ini menjadi terkenal hingga saat ini. Artikel “Seandainya saya orang Belanda” dimuat di surat kabar de Expres, milik dokter. Dowes Decker.
Akibat aktivitas dan tulisannya, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jenderal Eedenburg menjatuhkan hukuman pengasingan kepada Ki Hajar Devantara. Rekan seperjuangannya Dowes Dekker dan Sipto Mangoenkoesomo menerbitkan artikel-artikel untuk membela Ki Hajar Devantara. Mengetahui hal tersebut, Belanda memutuskan untuk menghukum mereka berdua ke pengasingan. Dowes Dekker diasingkan ke Kupang dan Sipto Mangoenkesoemo diasingkan ke Pulau Banda. Namun, mereka ingin diasingkan ke Belanda, karena di sana mereka bisa belajar lebih banyak daripada di pelosok. Akhirnya, pada Agustus 1913, mereka diizinkan melakukan perjalanan ke Belanda sebagai bagian dari masa hukuman mereka. Kesempatan ini dimanfaatkan untuk mempelajari masalah pendidikan dan latihan, sehingga Ki Hajar Devantara dapat memperoleh dokumen Eropa. Pada tahun 1918, Ki Hajar Devantara kembali ke tanah airnya.
Di Indonesia, Ki Hajar Dewantara semakin menitikberatkan pendidikan sebagai bagian dari upaya memperjuangkan kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia juga mendirikan perguruan bercorak nasional bernama National Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Tinggi Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Taman Siswa merupakan lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan kepada rakyat jelata untuk mengenyam pendidikan di bidang hukum, seperti halnya para priya dan Belanda. Di perguruan tinggi ini banyak perhatian diberikan untuk menanamkan rasa kebangsaan pada mahasiswa agar mencintai bangsa dan tanah airnya serta berjuang untuk kemerdekaan.
Selama bekerja di Taman Siswa, Ki Hajar Devantara juga tetap rajin menulis. Tema karyanya bergerak dari nuansa politik ke pendidikan dan budaya dari sudut pandang nasional. Berkat karya-karya inilah ia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Kegiatan menulis ini terus berlangsung hingga zaman pendudukan Jepang. Ketika pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada tahun 1943, Ki Hajar diangkat sebagai salah satu pimpinan bersama Ir. Sukarno, dr. Mohammad Hatta dan K.H. Mas Mansour.
Baca juga: Jawaban Kunci Memahami Biografi
Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas pemerintahan terbentuk, Presiden Soekarno mempercayakan Ki Hajar Devantara menjadi Menteri Pendidikan, Pelatihan, dan Kebudayaan yang pertama.
Dengan posisinya tersebut, Ki Hajar Dewantara lebih leluasa untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1957, Ki Hajar Devantara menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Gajah Mada. Dua tahun setelah menerima gelar doktor kehormatan, pada 28 April 1959, Ki Hajar Devantara wafat di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.
Untuk menghormati dan melestarikan nilai-nilai semangat juang Ki Hajar Devantara, penerus sekolah Taman Siswa ini mendirikan Museum Devantara Kirti Griya di Yogyakarta. Museum ini memamerkan benda atau karya Ki Hajar Devantara sebagai pendiri Taman Siswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum berupa karya tulis atau konsep dan risalah penting, serta data dari korespondensi selama Ki Hajar hidup sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan seniman, dimikrofilmkan dan dilaminasi dengan bantuan Arsip Nasional. .
Kini nama Ki Hajar Devantar diabadikan sebagai tokoh dan pahlawan pencerahan (Bapak Pencerahan Nasional). Ajarannya, yaitu tut vuri khandayani (menenangkan dari belakang), ing madya mangun karsha (di tengah menciptakan kesempatan untuk inisiasi) dan ing ngarsa sung tulada (sebelum memberi contoh) akan selalu relevan.
menjadi tulang punggung pendidikan di Indonesia. Apalagi, hari dan bulan kelahirannya, 2 Mei, ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bahkan, pada 28 November 1959, Ki Hajar Devantara juga dinyatakan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui Keputusan Presiden RI No. 305 dari tahun 1959.
Baca Juga: Kunci Membuat Postingan Media Sosial
Setelah membaca teks biografi, jawablah pertanyaan berikut.
1. Ki Hajar Devantara tidak lagi menggunakan gelar dan nama yang diberikan oleh orang tuanya agar ia dapat bebas berada di sekitar orang, baik secara fisik maupun mental. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kebebasan untuk dekat dengan orang, baik secara fisik maupun mental dalam teks!
2. Ki Hajar Devantara dikenal sebagai sastrawan handal. Apa bukti bahwa dia adalah penulis yang andal dalam teks?
3. Jelaskan arti penting Perguruan Nasional Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Devantara bagi penduduk pribumi?
4. Menurut Anda, apakah putusan pemerintah Belanda terhadap Ki Hajar Devantar konsisten dengan kesalahannya? Jelaskan mengapa!
5. Jelaskan pengertian ajaran Ki Hajar Devantara, yaitu: berikut vuri khandayani, ing madya mangun karsha dan ing ngarsa sun tulada, menurut pengertianmu sendiri!
6. Menurut Anda, apa alasan diangkatnya Ki Hajar Devantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional? Menjelaskan!
7. Informasi penting apa tentang pahlawan, menurut Anda, yang hilang dari teks?
8. Menurut Anda, apa kelebihan dan kekurangan teks biografi? Menjelaskan!
9. Tuliskan beberapa kalimat dan kalimat untuk membuat teks biografi menjadi lebih baik!
10. Berdasarkan pengetahuanmu tentang tokoh Ki Hajar Devantar, tulislah sebuah karangan pendek berjudul “Seandainya Aku Jadi Ki Hajar Devantar”!
Lihat juga: Kunci untuk mengenali kata baku dan tidak baku
Membalas :
1. Pada masa itu sangat terasa kesenjangan sosial, golongan bangsawan sangat sedikit bercampur dengan rakyat biasa, oleh karena itu agar dapat berbaur dengan rakyat biasa, Ki Hajar Devantara mencabut gelar kebangsawanan dan nama yang diberikan oleh orang tuanya . .
2. Tulisannya terbukti sangat komunikatif, tajam dan patriotik dengan menjadi wartawan beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara.
3. Perguruan Tinggi Nasional Taman Siswa sangat penting karena memungkinkan rakyat jelata mendapatkan hak pendidikan seperti bangsawan dan Belanda. Di perguruan tinggi ini banyak perhatian diberikan untuk menanamkan rasa kebangsaan pada mahasiswa agar mencintai bangsa dan tanah airnya serta berjuang untuk kemerdekaan.
4. Hukuman yang tidak tepat yang dijatuhkan oleh Belanda hanyalah reaksi atas ketakutan yang berlebihan dari gerakan Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan melalui kegiatan dan kesusastraan.
5. Here vuri khandayani: Anda harus bisa memberi arahan dan dorongan dari belakang.
Ing madya mangun karsa : di tengah-tengah motivasi, membangkitkan semangat, niat dan kemauan.
Ing ngarsa sung tulada : Sebelum menjadi panutan, seseorang harus selalu sadar akan pikiran, perkataan dan perbuatannya.
6. Melalui jerih payahnya, jasa pendidikan, untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
7. Latar belakang keluarga Ki Hajar Devantara.
8. Kelebihan : Penjelasan teks biografi cukup lengkap, konsisten dan informatif.
Kelemahan: Anda harus menggunakan sumber primer, dan tidak hanya mengutip dari Internet.
9. Beberapa referensi dan literature review dapat ditambahkan.
10. Jika saya Ki Hajar Devantara, saya akan dididik di Indonesia. Berjuang untuk memastikan bahwa semua warga negara Indonesia dapat memiliki kesempatan belajar yang sama. Saya akan terus belajar untuk memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan.
Baca juga : Kunci jawaban belajar kata sapaan
Kesimpulan
Demikian pembahasan pertanyaan yang dapat disajikan terkait kunci jawaban pertanyaan seputar teks biografi Ki Hajar Devantara. Semoga bermanfaat dan selamat belajar!
Penolakan tanggung jawab:
1. Jawaban dan pembahasan dalam postingan ini mungkin berbeda dengan jawaban dari sumber lain.
2. Jadikan postingan ini salah satu bahan referensi saat menjawab pertanyaan, dan bukan panduan utama dan satu-satunya.
3. Posting ini bukanlah kebenaran mutlak.